Sabtu, 12 Desember 2015

Mengenal Tulehu, Kampung Sepakbola di Tanah Adat!

Tulehu merupakan sebuah desa yang berada di Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah. Letaknya 25 km sebelah timur laut kota Ambon.

Tulehu merupakan salah satu desa adat atau biasa disebut negeri yang terdapat di Maluku. Sebagai sebuah negeri, Tulehu dipimpin oleh seorang Raja yang dijabat turun-temurun. Dalam memimpin negeri adat, seorang Raja dibantu oleh Kapitan (urusan pertahanan dan keamanan), Kewang (SDA), Marinyo (juru bicara) dan Maweng (tokoh siritual adat).

Negeri adat sendiri terbentuk dari gabungan Luma Tau atau keluarga yang saling berdampingan dalm suatu kampung. Kampung tersebut kemudian bergabung dengan beberapa kampung lain dan dipimpin oeh seorang Soa. Beberapa Soa bergabung menjadi apa yang dinamakan Uli yang dipimpin oleh Hena. Ada dua Uli di Maluku, Uli Siwa (Uli Sembilan) dan Uli Lima.

Tidak diketahui secara pasti kapan dan bagaimana sepakbola masuk ke tanah Tulehu. Akan tetapi ada beberapa versi masuinya sepakbola ke Tulehu. Ada yang mengatakan sepakbola masuk ke Tulehu dibawa oleh para penjajah pada abad ke-19. Akan tetapi ada juga yang mengatakan sepakbola dibawa oleh para pelaut desa yang pernah merantau ke Singapura dan Amerika Serikat pada tahun 1940-an.

Beberapa klub sepakbola pertama yang berdiri di Maluku pada abad awal abad 20 di antaranya Pusaka Maluku, Puspa Ragam, Hative Voetbal Club dan Bintang Timoer Ambon.

Pada hari rabu, 18 Februari 2015 Ketua Umum PSSI pada saat itu, Djohar Arifin Husin meresmikan Tulehu sebagai kampung sepakbola. Peresmian dilakukan  dengan penarikan tirai yang menutupi tugu selamat datang desa. Tugu yang dibagian atasnya dimahkotai replika peluru berukuran besar itu dituliskan kalimat, "Selamat Datang di Kampung Sepakbola Tulehu". Acara tersebut ikut disaksikan oleh para orangtua pemain bola asal Tulehu yang berkiprah di Liga Indonesia.

Bukan tanpa alasan Tulehu diberi predikat sebagai kampung sepakbola. Beberapa nama besar telah lahir dari desa yang berpenduduk myoritas muslim ini. Sebut saja Imran Nahumarury yang sekarang menjadi expert di ESPN FC Indonesia, Ramdhani Lestaluhu, Rachel Tuasalamony, Chairil Anwar Ohorella, Hendra Adi Bayau, Hasyim Kipuw, Rizky Sanjaya Pellu dan Alfin Tuasalamony. Kalau dirunut ke belakang, adalah Mustadi Lestaluhu yang merupakan pemain timnas pertama dari Tulehu pada era 80-an. Saat ini saja diperkirakan ada sekitar 300-an pemain asal Tulehu yang berlaga di berbagai level kompetisi di Liga Indonesia, tentunya sebelum PSSI dibekukan. Padahal penduduk Tulehu sendiri hanya sekitar 20 ribu-an jiwa.

Bakat-bakat yang ada di Tulehu bukanlah diwarisi  melalui gen, melainkan lewat tradisi dan hasrat yang besar akan permainan paling populer di jagat ini. Anak-anak kecil di Tulehu saat bayi sudah sering di gendong orangtuanya untuk menonton sepakbola di pinggir lapangan. Bahkan pada saat upacara aqiqahan anak laki-laki di Tulehu, warga harus melengkapinya dengan rumput dari lapangan Matawaru. Tidak mengherankan bila perlengkapan bermain bola seperti sepatu bola dan bola itu sendiri menjadi benda wajib yang harus ada di tiap rumah.

Lapangan Matawaru ialah satu dari tiga lapangan sepakbola yang terdapat di Tulehu. Di lapangan Matawaru ini, tiap pagi dan sore selalu ramai dengan orang-orang yang bermain bola, baik muda maupun tua. Dua lapangan lain yang ada di desa ini ialah lapangan Darusalam dan Lapangan Hurnala.

Ada tiga SSB yang aktif melakukan pembinaan pemain muda, yaitu Tukehu Putra, Maehanu FC dan Persenal FC. Satu-satunya akademi yang ada di Tulehu ialah Nusa Ina FC yang dimiliki perusahaan PT. Nusa Ina.

Ada tradisi unik tiap lebaran di Tulehu. Para pemain bola yang merantau di daerah lain akan mudik ke Tulehu. Tetapi bukan hanya untuk bersilaturahmi dengan sanak saudara, melainkan juga untuk mengikuti turnamen sepakbola. Ya, turnamen yang diadakan tiap lebaran ini tentu saja menyedot perhatian penduduk desa Tulehu. Selain karena yang bertanding adalah para pemain nasional bahkan tim nasional, juga karena mereka masih punya hubungan kekerabatan dengan para pemain tersebut.

Bisa dibilang Tulehu mulai dikenal luas saat kisah tentang desa ini di angkat ke layar lebar oleh Sutradara Angga Dwimas Sasongko dan Glenn Fredly yang tergabung sebagai co-producer. Ide ceritanya sendiri didapat saat sang sutradara datang ke Maluku dan minta di antar oleh tukang ojek. Bukan suatu kebetulan bila tukang ojek tersebut adalah Sani Tawainella, tokoh yang cerita hidupnya dijadikan cerita utama film ini. Sani Tawainella merupakan mantan pemain bola yang pernah memperkuat timnas Indonesia U-15 pada piala pelajar Asia tahun 1996 di Brunei Darussalam. Namun ia gagal menjadi pemain profesional setelah sebelumnya gagal dalam seleksi PSSI Baretti. Sani akhirnya memutuskan pulang ke Maluku dan menjadi tukang ojek.

Pada 1999 pecah kerusuhan di Ambon. Kerusuhan yang berbau sentimen agama ini juga mencapai Tulehu. Untuk mencegah anak-anak terlibat kerusuhan, Sani mengajak mereka berlatih sepakbola di lapangan Matawaru. Sani tidak ingin anak-anak memiliki kenangan konflik dalam benak mereka. Awalnya apa yang dilakukan Sani ini mendapat cibiran dari masyarakat karena dianggap tidak berguna.

Sani kemudian membentuk SSB Tulehu Putra bersama temannya, Rafi. Saat kerusuhan berangsur pulih, Tulehu Putra mengikuti turnamen John Mailoa Cup. Tapi Sani yang mulai jarang menemani anak didiknya berlatih karena harus mencari nafkah untuk anak istrinya dengan mengojek akhirnya keluar dari Tulehu Putra dan bergabung dengan tim SMK Passo. Masuknya Sani ke tim SMK Passo ini juga sempat ditentang oleh pihak SMK Passo karena Sani seorang muslim sedangkan SMK Passo merupakan sekolah nasrani. Namun pihak sekolah akhirnya bisa diyakinkan oleh Josef Matulessy yang merupakan guru olahraga sekolah tersebut agar Sani bisa melatih di tim sekolah tersebut.

Dengan masuknya Sani ke tim Passo, dua anak didik Sani di Tulehu Putra membelot ke tim ini yaitu, Alfin dan Salim. Di final turnamen John Mailoa Cup, Tulehu Putra bertemu SMK Passo. Pertandingan tersebut akhirnya dimenangkan Tulehu Putra dengan skor 1-0 dan keluar sebagai juara.

Dalam rangka digelarnya Piala Medco U-15, Sani ditunjuk sebagai pelatih. Pemain-pemain yang diambil pun berasal dari Tulehu Putra dan SMK Passo. Hal ini ditengarai PSSI Maluku telat menerima kabar dari PSSI Pusat tentang penyelenggaraan turnamen. Sani ditunjuk sebagai pelatih karena dianggap dekat dengan para pemain.

Pada turnamen yang digelar di Jakarta itu akhirnya tim dari Maluku keluar sebagai juarai seusai mengalahkan tim Jakarta lewat babak adu pinalti. Para pemain yang bertanding untuk tim Maluku saat itu di antaranya Alfin Tuasalamoni, Riki Pellu, Sadek Sanaky, Salim Ohorella dan Hendra Adi Bayau.

Film yang berjudul Cahaya Dari Timur: Beta Maluku ini cukup sukses. Meski hanya ditonton sekitar 250 ribu orang di bisokop, namun film ini berhasil meraih penghargaan Piala Citra untuk kategori Pemeran Utama Pria Terbaik dan Film Terbaik pada penghargaan FFI 2014.

Selain Cahaya Dari Timur: Beta Maluku, kisah tentang Tulehu jug pernah diangkat ke dalam sebuah novel yang berjudul Jalan Lain Ke Tulehu karya Zen RS. Zen RS sendiri dikenal sebagai penulis dan pemerhati sepakbola.

Tulehu merupakan tempat persemaian bibit Garuda. Sudah sepantasnya mendapatkan perhatian lebih dari seluruh stakeholder persepakbolaan negeri ini. Semangat tinggi, Haturessy!



Dari berbagai sumber

2 komentar:

  1. Saya telah berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan pinjaman Suzan yang meminjamkan uang tanpa membayar lebih dulu.

    Nama saya Amisha, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka menipu dan meminjamkan pinjaman palsu di internet.

    Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana seorang teman membawa saya ke pemberi pinjaman asli, setelah itu saya scammed oleh beberapa kreditor di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai saya bertemu kreditur terpercaya ini bernama perusahaan Suzan investment. Perusahaan suzan meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 600 juta rupiah (Rp600.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan.

    Saya sangat terkejut dan senang menerima pinjaman saya. Saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi mereka melalui email: (Suzaninvestment@gmail.com) Anda tidak akan kecewa mendapatkan pinjaman jika memenuhi persyaratan.

    Anda juga bisa menghubungi saya: (Ammisha1213@gmail.com) jika Anda memerlukan bantuan atau informasi lebih lanjut

    BalasHapus